Wednesday, September 10, 2014

Pemahaman terhadap Laporan Kauangan

 Iaporan keuangan adalah hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari empat Iaporan dasar yaitu :

1.   neraca, menunjukkan posisi keuangan yang meliputi kekayaan, kewajiban serta modal pada waktu tertentu seperri 31 Desember 2006;
2.    Iaporan rugi laba, menyajikan hasil usaha perusahaan yang meliputi pendapatan dan biaya (beban) yang dikeluarkan sebagai akibat dari pencapaian tujuan dalam suatu periods tertentu sepem periode Januari sampai dengan Desember 2006;
3.    laporan perubahan modal/ laba ditahan, yang memuat tentang saldo awal dan akhir laba ditahan dalam Neraca untuk menunjukan suatu analisa perubahan bersarnya baba selama jangka waktu tertentu;
4.  Iaporan arus kas, memperlihatkan aliran kas selama periode tertentu, Serta memberikan informasi terhadap sumber-sumber kas serta penggunaan kas dari setiap kegiatan dalam periode yang dicakup. Di samping Iaporan keuangan tersebut, biasanya terdapat puia catatan atas laporan keuangan yang berguna untuk memberikan gambaran mengenai lkhtisar kebijakan akuntansi dalam periode pelaporannya. Selain itu, terdapat keterangan-keterangan (apabila ada) yang berhubungan dengan tersajinya Iaporan keuangan tersebut, antara lain :

1. kondisi dan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi;
2. rencana peduasan produksi, penelitian dan pengembangan;
3. perubahamperubahan kebijakan akunfansi;
4. kebijakan-kebijakan keuangan (perrbelanjaan) perusahaan (pinjaman, saham baru);
5. kebijakan mengenai deviden;
6. komitmen dan konsistensi usaha;
7. proses hukum yang belum selesai.

Karena akuntansi berfungsi sebagai penyedia data untuk menyusun Iaporan keuangan, di mana data tersebut harus bersifat objektif dan informatif supaya fungsi-fungsi tersebut dapat dipenuhi maka diperlukan konsep-konsep akuntansi dalam pencatatan guna penyusunan laporan keuangan tersebut, yaitu

1, Konsep kesatuan usaha (business entity)
Konsep yang menyatakan bahwa pencatatan kegiatan perusahaan harus dipisahkan dari kegiatan pemiliknya.
2. Konsep kelangsungan hidup (going concern)
Perusahaan didirikan tidak untuk sementara waktu tetapi diharapkan akan berjaian terus sepanjang waktu.
3. Konsep harga pokok (cost)
Sehubungan dengan konsep kelangsungan hidup, maka data akuntansi akan dicatat menurut harga perolahannya (at cost) pada waktu terjadinya.
4. Konsep satuan pengukuran (unit of measurement)
Kegiatan mencatat, menggolongkan, meringkas dan menyajikan transaksi-transaksi pemsahaan dan hasil-hasilnya, dalam akuntansi digunakan satuan pengukuran uang.
5. Konsep sbabilnya nilai uang (stable monetary unit)
Fluktuasi nilai uang dianggap tidak ada pengaruhnya terhadap jumlah-jumlah yang ditunjukan dalam Iaporan kondisi keuangan perusahaan.
6. Konsep perlode waktu (time period)
Karena aktivitas perusahaan berjalan sepanjang waktu maka proses penyajian kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan periu dipecah dalam periode-periode tertentu.
7. Konsep obyektilitas (objective evidence)
Untuk keperluan pencatatan akuntansi dibutuhkan dukungan bukti-  bukti transaksi yang bersifat objektif dan dapat diuji kebenarannya.
8. Konsep keterbukaan (disclosure)
Semua fakta-fakta perlu diungkap secara terbuka supaya Iaporan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan sedapat mungkin bersifat informatif dan memberi anti (tidak menyesatkan).
9. Konsep konsistensi (consistency)
Didalam akuntansi terdapat beberapa metode yang dapat dlpergunakan, misalnya dalam menilai persediaan, menafsir kerugian piutang tak tertagih, penyusutan aktiva tetap. Sekali suatu metode telah terpilih maka secaa konsisten harus diperlsahankan dari periode ke periode selanjutnya. Dengan demikian Iaporan keuangan dapat diperbandingkan diantara interval waktu tertentu. Hal ini tidak berarti bahwa akuntan mengabaikan sama sekali kemungkinan adanya perubahan. Apabila terjadi perubahan ke metode Iain, catatan kaki harus dibuat, dimana ditunjukan pengaruhnya akibat adanya perubahan metode tefsebut.
10. Konsep konservatisme (conservatism)
Umunya diartikan sebagai pencatatan aktiva milik perusahaan dengan harga yang Iebih rendah dari pada harga perolehannya (cost) atau mencatat hutang lebih tinggi (over-staled). Seiain prinsip ini mengakui kemungkinan rugi yang akan terjadi tetapi tidak mengantisipasikan Iaba yang belum direalisir (tidak diakui sebagai pendapatan periode itu).
11. Konsep realisasi (realization)
Penghasiian (revenue) direaiisir apabila penjualan telah dilakukan atau apabiia suatu jasa telah dilakukan.
12. Konsep perbandingan hasil-biaya (matching principle revenue & cost)
Pendapatan bersih diperoleh dengan memhandingkan antara penghasilan (revenue) dan pengeiuaran (cost) dalam periode waktu tertentu. Dalam akuntansi perbandingan initidak selaiu dapat dilakukan dengan tepat karena penggunaan “accrual basis" dalam perhitungan rugi Iaba. Pendapatan bersih tidak seiaiu identik dengan uang tunai (Cash basis). Dengan adanya konsep ini pengeluaran dapat dibedakan menjadi pengeluaran modal (capital expenditure) dan pengeluaran penghasilan (revenue expenditure), deinikian juga penerimaan (capital receipt dan revenue receipt). 

Keterbatasan-keterbatasan daiam Iaporan keuangan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.    Laporan historis, pada prinsipnya iaporan keuangan bukanlah merupakan Iaporan Hnal karena Iaba rugi yang sebenarnya (riil) hanya dapat ditentukan apabila perusahaan dijuai atau dilikuidasi.
2.   Laporan keuangan dlsusun atas dasar periode waktu tertentu. Periode satu tahun (dua belas bulan) dianggap sebagai periode akuniansi baku. Alokasi pendapatan dan beban sepanjang periode itu dipengaruhi pula adanya pertimbangan pribadi /subyektif (contoh: metode penilaian persediaan, penyusutan, depiesi,di|). Transaksi-transaksi pendapatan dan biaya yang terjadi terus menerus akan disusupi Iaporan keuangan setiap tahunnya, jadi jeias bahwa Iaporan keuangan itu tidak bersifat pasti dan tidak dapat diukur secara mutlak karena akibat adanya contingent assets and Iiabiliries, dan deferred maintenance.
3.     Berdasarkan harga perolehan, Iaporan keuangan mencerminkan transaksi- transaksi dari waktu ke waktu, selama jangka waktu tersebut kemungkinan besar nilai rupiah sudah menurun (sebagai dampak dari intiasi). Sebagai contoh aktiva tetap yang dibeli pada tahun1980 sekarang sudah 3 kaii Iipat Iebih iinggi maka mengakibatkan biaya penyusutan menjadi kecil bila dibandingkan dengan tingkat penyusutan berdasarkan replacement cost basis. Begitu pula dengan kenaikan penjualan dalam rupiah, belum tentu diikuti juga dengan kenaikan satuan unit barang yang terjual. Untuk menghindari hal - hal yang menyesatkan, hasil perbandingan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Di setiap Negara, Iaporan keuangan disajikan dalam jumiah mata uang yang nampaknya pasti (contoh: di Indonesia menggunakan satuan rupiah), sebenarnya jumiah rupiah dapat saja berbeda jika dipergunakan standar yang Iain. Dan jika perusahaan tersebut dilikuidasi jumlah rupiah akan sangat berbeda, aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai buku (histnris) maka jumiah yang seharusnya tidak mencerminkan nilai penjualan aktiva tenap tersebut, begim pula yang terjadi dengan aktiva tidak berwujud (hak paten, biaya organisasi, dll).

4.  Fakta kuantitativ Iaporan keuangan tidak memberikan gambaran yang menyeluruh terhadap kondisi perusahaan dan tidak rnencerminkan semua faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha karena tidak dapat diukur dalam satuan nilai uang.





No comments:

Post a Comment